|
Hukuman Terindah by Wirasetya Rade
.
Genre : Drama, Romance
Warning : AU, OOC, Typos, etc.
Jumlah Chapter :
Pairing : Wira (17 tahun) x
Prisil (16 tahun) & Dawan (17 tahun) x Selly (16 tahun)
Summary : Bagaimana jika orang
gadis pemalu mendapatkan seorang kekasih yang selama ini di impikannya hanya
dengan sebuah hukuman ? apa mungkin ? atau tidak ? Let’s read guys..
.
DON’T LIKE, DON’T READ !
.
.
.
.
SMA 7 Buol. Tempat di mana seorang gadis berambut
ungu, memliki mata seindah rembulan dan kulit putih mulus sedang berjalan
menyusuri lorong demi lorong yang terpampang luas di hadapannya. Terlihat
beberapa buku yang di bawanya sedikit menutupi pandangan gadis yang satu ini.
Hari ini adalah hari di mana gadis bermata
rembulan ini menyerahkan tugas-tugas yang telah melonjak tinggi yang
diakibatkan sakit yang dideritanya selama seminggu, di mana mengharuskannya
untuk absen sejenak dari aktivitas sekolah. Gadis yang satu ini sekarang telah
duduk di kelas 2 IPA
“A-aww..” Prisil terjatuh. Buku-buku yang dipeganginya
berhamburan, nampaknya gadis bermata rembulan itu menabrak seorang pemuda.
“M-maaf” pemuda itu menunduk sekedar untuk menyetarakan tinggi diantara mereka
sekaligus membantu gadis itu memunguti buku-buku yang berserakan di mana-mana.
“K-ka Wira ? E-ee maaf.” Mata rembulan dan
mata safir kini bertemu, setelah berhasil melihat pemuda yang ditabraknya itu
Prisil sedikit terkejut. Ya, pemuda berambut kuning, bermata biru seperti
safir, berkulit tan, serta postur tubuh yang proporsional merupakan pemuda yang
sangat di sukai Prisil sejak pertama kali masuk dalam sekolah yang satu ini atau
lebih tepatnya pada saat MOS berlangsung.
Walaupun di sekolah ternama itu masih
memiliki seorang pemuda tampan lainnya bernama Dawan, namun Prisil tetap menyukai
pemuda berambut kuning yang satu ini. Mustahil bagi Prisil mengungkapkan
perasaannya pada seniornya yang satu ini, karena hanya untuk menatapnya saja
membutuhkan keberanian yang cukup ekstra. Apa lagi untuk menyatakannya ?
Prisil tertunduk bisu, gadis ini merasa
bersalah pada seniornya itu. “M-maaf ka,” dengan cepat Prisil merapikan
buku-bukunya dan langsung berdiri. “Ini salahku, harusnya aku yang minta maaf.”
Wira berlahan berdiri sembari menyerahkan sebuah buku yang berhasil di
amankannya walaupun yang lainnya telah borong gadis pemalu di depannya itu.
“T-terima kasih.” Prisil membalas
uluran tangan Wira yang berisi buku miliknya. “ya, Hmm.. oh iya, namamu prisil
kan ?” lanjut Wira, sementara prisil hanya tertunduk berusaha untuk menutupi rasa
gugup dan sedikit rona merah di kedua pipinya. “I-iya ka.”
“Kau harus cepat ke ruang kelasmu, karena
ketika aku melewatinya tadi aku mendengar pak Sofyan sedang menanyakan
kehadiranmu.” Seketika rona merah dan sedikit senyuman yang menghiasi wajah
gadis bermata rembulan ini berubah
drastic menjadi sedikit tegang dan takut. Pasalnya, pak sofyan merupakan guru
ter-garang di sekolah ini. Bahkan setiap murid yang melihatnya sekedar
berjalan-jalan di lorong sekolah langsung bergegas kabur dan mengambil jalan
alternative hanya untuk menghindari ocehannya.
“P-pak Sofyan ?” prisil lupa bahwa kelas
pertamanya di hari ini adalah olahraga. “Hn, dan kau tau kan apa yang akan
terjadi jika kau terlambat ?” Wira melangkah sedikit ke arah kanan hanya untuk
memberi akses pada Prisil kalau-kalau ia akan langsung berlari.
Dan benar saja, gadis itu langsung berlari
meninggalkan Wira yang hanya tertawa kecil melihat tingkah lucu dari gadis yang
baru saja menghentikan langkahnya ini.
(Kelas 3 IPA.)
“Hey.. kembalikan.”
“Wuahahaha…”
“Apa kau menontonnya ? seru loh..”
“Awass.. awaaass..”
Ribut ? itulah kata yang akan di pikirkan
orang lain jika melihat ruang kelas yang Wira dan teman-tamannya hinggapi saat
ini. Setiap hari ada saja hal berisik yang di lakukan penghuni kelas ini.
Bahkan kelas ini mendapat julukan segabai kelas taman anak-anak karena
kegaduhan yang di timbulkan oleh setiap insan yang berada di situ.
“Hahh.. seperti biasa” Wira mengeluh.
Pemuda itu melihat sahabatnya yang sedang duduk diam di ujung ruangan. Wira
segera mengarahkan kedua bola matanya ke atas, menandakan ia mengajak sahabat
karibnya itu pergi bersama ke atap sekolah untuk menghindari perang kecil yang
sedang berlangsung.
Wira dan Dawan telah bersahabat sejak
kecil. Hal ini tidaklah begitu aneh karena orang tua mereka masing-masing
memiliki sebuah perusahaan besar. Dan 3 bulan yang lalu, orang tua mereka
melakukan kerja sama di luar negeri ,yang mengharuskan Wira dan Dawan tinggal
sendirian di apartemen mereka masing-masing.
Sejak mereka duduk di bangku SMA mereka
menjadi pusat perhatian karena wajah tampan milik mereka. Wira dengan rambut
kuning dan mata sebiru safir, serta berkulit tan dan Dawan berambut hitam,
dengan mata seindah kilauan ruby dan kulit yang putih selalu menjadi incaran
para gadis.
(Atap sekolah)
Atap sekolah merupakan tempat di
mana kedua pemuda itu menghabiskan jam kosong mereka. Di tempat itu juga telah
di sediakan tempat tidur berukuran besar yang terbuat dari potongan bambu kecil
yang dapat menampung tubuh mereka. Setiap hari mereka habiskan dengan menatap
indahnya langit biru, dengan sedikit kumpulan awan yang berjalan seakan
mengikuti gravitasi bumi. Sesekali mereka juga berbicara tentang pengalaman
mereka masing-masing.
“Hey. Apa pendapatmu tentang selly ?” Ujar
Dawan datar menatap langit biru. “maksudmu adik kelas 2 yang selalu memberikan
bunga padamu ?” tebak pemuda berambut kuning itu. “Hn” Dawan menganggukan
kepalanya. “Kurasa dia sangat menyukaimu.” Jawab Wira. Hal ini memang benar
karena setiap hari gadis berambut pink, dengan mata emerald, serta kulit putih
itu selalu membeli setangkai mawar merah yang harganya cukup memeras kantong.
Dan setiap hari pula Dawan selalu membuang mawar itu ke tempat sampah, karena
pada dasarnya pemuda itu tidak suka dengan hal-hal seperti itu.“Sudah kuduga.”
Dawan menarik dalam nafasnya. “Ya. Begitulah.”
KRIINNGGG… bel istirahat telah berbunyi,
kini saatnya bagi para siswa mengisi perut mereka setelah sebelumnya menerima
suapan pelajaran terhadap otak mereka. “Prisil, kau mau makan ?” Tanya selly. “A-aku
tidak lapar.” Tolak Prisil sembari mengerjakan beberapa tugas miliknya yang
sempat tertunda karena hukuman dari pak Sofyan yang megharuskannya berdiri di
pinggir lapangan karena keterlambatannya.
“Hm, baiklah aku akan menemanimu saja.”
Selly duduk di depan Prisil. Gadis berambut pink ini tidak terkejut dengan
sahabatnya, karena ia tau Prisil adalah seorang kutu buku. “HAYY ! semua..”
seorang gadis berambut pirang muncul dan membuyarkan suasana damai diantara
kedua gadis yang sedang sibuk dengan beberapa tugas yang cukup berserakan.
“Haahh… dasar mulut bebek.” Selly mengeluh
panjang. Gadis itu pasti akan mengalami pertengkaran hebat jika bertemu dengan
sahabatnya ini. Alasannya sederhana, karena kedua gadis ini menyukai Dawan
primadona sekolah. Bahkan selly sering memanggilnya dengan sebutan ‘Mulut
bebek’ dan sebaliknya, Gisell juga sering memanggil Selly dengan sebutan ‘Jidat
lebar’.
“Tenang.. tenang.. aku tidak ingin rebut
denganmu Selly. Aku hanya ingin membuat sebuah tantangan.” Gisell mendekati
kedua gadis yang sedari tadi sibuk dengan beberapa tugas.
“T-tantangan ?” Selly sedikit dengan bingung
dengan pernyataan gadis pirang berkulit putih itu. “Ya, bagaimana jika kita
buat taruhan. Aku ingin kita berlomba datang pagi ke sekolah. Dan… barang siapa
yang kalah harus di hukum.” Jelas Gisell. “apa hukumannya ?”
“Hukumannya sederhana, dia harus
mengatakan dia bersedia menjadi asisten dari laki-laki yang sangat di sukainya.
Lalu.. aku ingin Prisil ikut..” Gisell menatap sinis kearah Prisil, ia tau
bahwa Prisil sangat malu bahkan hanya untuk menatap pemuda yang dicintainya.
“Setuju” Selly antusias dengan ide yang
tiba-tiba keluar dari otak sederhana milik Gisell “A-aku..? tidak, A-aku tidak
mau.” Prisil terkejut. Tadinya ia hanya sibuk dengan tugas-tugas miliknya kini
kedua bola matanya membesar setelah mendengar nama indahnya di sebut dalam
rencana mematikan milik Gisell. Mengetahui ekspresi yang akan di keluarkan
Prisil, kedua temannya segera menatap tajam. Tatapan yang mengharuskan dirinya
harus ikut berpartisipasi.
Melihat itu semua, Prisil hanya bisa
pasrah dengan itu semua. Gadis itu tidak terlalu khawatir dengan hukuman yang
akan diberikan. karena faktanya, gadis berambut ungu ini selalu menjadi orang
pertama yang datang ke sekolah setiap harinya.


Pagi telah tiba, mentari telah menampakan keagungannya. Kini saatnya
mengganti tugas sang rembulan untuk menemani bumi. Suasana yang mengharuskan
penduduk buol segera menuju dunia nyata dan meninggalkan dunia mimpi.
“Sudah siap. Saatnya untuk pergi.” Gadis berambut ungu yang sedang
memperhatikan penampilannya di sebuah cermin selutut itu kini siap menuju
sekolah. Gadis itu mengunci pintu rumahnya dan segera berjalan melewati sebuah
trotowar yang sudah tak asing lagi dengan desakan kaki mungilnya.
BRUUUKK….. merasa mendengar
sebuah suara, Prisil segera mencari sember suara yang di yakininya berasal dari
belakang. Seorang nenek tergeletak tak berdaya di pinggir jalan setelah di
tabrak sekumpulan anak-anak SMA yang tengah mengendarai motor. Dan tanpa rasa
bersalah, mereka terus melaju seolah tak peduli dengan apa yang telah mereka
perbuat.
“Oh tidak !” Prisil berlari. Gadis itu
merasa sangat khawatir dengan nenek yang bernasip sial itu. “Nenek ? nenek ?”
Prisil berusaha membangunkan sang nenek. Namun hasilnya nihil. Nenek renta itu
tak kunjung sadar. Gadis itu segera melambaikan tangan berharap ada sebuah
taksi yang melihat dan mau mengantarkan dirinya dan nenek pergi menuju rumah
sakit.


“Kalian terlambat. Dan sebagai hukumannya
kalian harus melakukan seperti yang
telah kita sepakati.” Gisell menyilangkan kedua tangannya dengan sedikit senyuman
sinis terutama pada Prisil.
“Yesss…”
“Hahh..”
Terlihat perbedaan ekspresi tergambar di
kedua gadis ini. Tidak berselang lama, Prisil dan Selly segera memberanikan
diri mereka untuk mengatakan bahwa mereka ingin menjadi asisten para pemuda
tampan itu. Pada awalnya, baik Dawan maupun Wira tidak mau dengan hal itu.
Mereka tidak suka melihat wanita
menderita hanya karena mereka, namun
setelah ke dua gadis itu memaksa mereka akhirnya setuju dengan syarat bahwa
mereka tidak akan melakukan pekerjaan atau aktivitas berat yang bisa membuat
mereka lelah.
KRIINGG…
bel sekolah telah berbunyi, bel yang mengisyaratkan bahwa saatnya bagi
para insan yang ada harus segera pulang ke rumah mereka. Para murid terlihat
senang bagaikan terlepas dari maut. Mereka segera meninggalkan halaman sekolah,
ada yang naik mobil, motor, sepeda bahkan berjalan kaki.
Namun ada yang berbeda dari ke dua gadis
berambut ungu dan pink ini. Karena mulai hari ini sampai 7 hari kedepan, mereka
harus mengikuti para pemuda yang telah menjadi bos mereka. Wira dan Prisil
dengan mobil Marsedes putih, sedangkan Dawan dan Selly dengan Ferari merah
milik Dawan.
21:09, Dawan’s Apartement.
“Kurasa kau sebaiknya pulang, tidak enak
jika kita tidur bersama mala mini.” Pemuda berambut hitam itu membuka pintu
depan rumahnya agar gadis yang sedari tadi memaksa untuk menjadi asistennya itu
segera pulang.
KRYYUUKK… ! namun, sebelum gadis berambut
pink itu pergi, perut mungilnya mengeluarkan sebuah nyanyian bahwa ruang kosong
itu harus segera di isi. “Hahhh.. sebelum kau pergi, kurasa kau harus segera
makan sesuatu terlebih dahulu.” Keluh Dawan membawa Selly menuju ruang makan
pribadi miliknya. Sementara Selly hanya tertunduk malu sembari mengutuki perut
kecilnya yang tidak dapat di kompromi.
21:11, Waira’s Apartement.
“K-ka M-mau kemana ?” Tanya seorang gadis
culun berambut ungu yang melihat pemuda berambut kuning mengambil jeket kulit
hitamnya dari sebuah sofa berwarna kuning. “Oh, aku mau membeli beberapa
makanan. Aku ingin kau makan sesuatu
sebelum pulang.” Wira tersenyum. Sementara Prisil yang mendapat senyuman tak
terduga itu malah tertunduk dengan beberapa rona merah yang menghiasi pipi
mungilnya.
“T-tapi…” Masih dalam keadaan menunduk. “Aku
pergi ya.. tolong tunggu di sini.” seakan tak mendengar subuah penolakan halus
dari Prisil, Wira langsung pergi meninggalkan Prisil dalam kesunyian malam.
Lama Prisil menunggu, akhirnya pemuda
tampan yang selama ini di impikannya datang. “Egh…” Wira masuk dengan sebuah
salam yang cukup membuat Prisil curiga.
Prisil segera menuju pintu depan.
K-ka WIRAAAA ???”
Bersambung…
Ok guys, sekian dulu cerita
amburadur hamba. J J sebenarnya inspirasi cerita ini hamba dapat
setelah hamba kepikiran sekolah lama hamba. Dan kebetulan chap 1 ini, hanya ini
yang dapat hamba pikir melalui otak super lalot milik hamba. Dan untuk chap
selanjutnya hamba ragu kalau akan cepat selesai karena jujur baru segini doang yang
dapat melintas di otak hamba.
OK ? see you in the next chap. JJJ
No comments:
Post a Comment