Hukuman Terindah
|
Hukuman Terindah by Wirasetya Rade &
Trisudawan
Ok guy’s hamba update
lagi chap 2 nih. Awalnya hamba malas ngelanjutin cerita ini. tapi setelah
mendapat sedikit ide dari rekan hamba, langsung aja deh semua ide-ide yang
dulunya terpenjara dalam otak lalot hamba keluar semua. Dan dalam chap ini
hamba akan sedikit menambahkan sesuatu. Mau tau ? kalau (ya) silahkan di baca
aja, tpi kalau (tidak) ya ngak masalah sih.
.
Genre : Drama, Romance
Warning : AU, OOC, Typos, etc.
Jumlah Chapter : --
Pairing : Wira (17 tahun) x Prisil (16 tahun) & Dawan (17 tahun) x
Selly (16 tahun)
Summary : Bagaimana jika orang gadis pemalu mendapatkan seorang kekasih
yang selama ini di impikannya hanya dengan sebuah hukuman ? apa mungkin ? atau
tidak ? Let’s read guys..
.
DON’T LIKE, DON’T READ !
.
.
.
Chapter 2
“K-kha WIRAA ?” Prisil terkejut melihat pemuda tampan yang satu ini
telah berubah bagai seorang zombie dengan lumuran darah yang cukup banyak.
Sebenarnya pemuda itu mengalami sebuah kecelakaan yang mengharuskannya lebih
memilih menabrak sebuah pohon besar, dari pada seorang kakek buta yang secara
tiba-tiba menyebrang jalan.
Melihat keadaan mobil yang jauh dari kata mulus, Wira menelpon seorang
pria parubaya yang bekerja di sebuah bengkel yang telah menjadi langganannya.
Kemudian dengan sedikit tenaga yang tersisa, pemuda itu pulang dengan sebuah
taksi.
Dengan cepat Prisil merangkul
pemuda safir itu menuju tempat tidur king size milik Wira. Setelah menata
posisi tubuh pemuda itu, Prisil dengan segera
menelpon seseorang dari balik telephone genggamnya.
TUUTT…TUUTT…. “Haloo ?” ucap seseorang dari balik benda hitam mungil
milik Prisil. “S-selly, CEPAT K-KEMARII… !” Ujar Prisil terengah-engah. “A-ada
apa ?” Langkah Selly berhenti tepat di pintu depan apartement milik Dawan. Dan
tentunya sang pemilik dapat sedikit mendengar pembicaraan mengkhawatirkan
tersebut.
“K-ka Wira…” Prisil sedikit memberi jedah pada perkataannya. “K-ka Wira
? A-ada apa dengan K-ka Wira ?” Selly terkejut mendengar nama salah-satu primadona
SMA 7 disebut Prisil dengan nada khawatir.
“A-aku tidak tau. Tapi, aku rasa kau harus kemari.” Gadis berambut ungu
itu sedikit menggigit jari telunjuknya karena merasa khawatir melihat keadaan
seorang zombie tepat di depannya. “B-baiklah.” Selly segera mengakhiri
percakapan mereka. Gadis itu menjelaskan apa yang di dengarnya pada seniornya
yang masih bingung dengan situasi. Tak berselang lama, kedua insan itu langsung
menuju apartemen pribadi milik Wira.
(Skip)
Rumah sakit Rosalina, Buol. 23:17
“Apa sebenarnya yang terjadi ?”Tanya
Dawan. Mereka bertiga kini berada di sebuah ruang tunggu berukuran cukup besar
dengan sebuah kursi panjang berwarna cokelat. “A-aku juga tidak tau. Hiks…
hiks.. S-sebelumnya ka Wira menyuruhku untuk menunggu di apartemennya karena ia
akan membeli beberapa makanan. Dan pada saat kembali keadaannya sudah seperti
itu. Hiks.. hiks..” Prisil merasa menyesal. Hanya karena Wira ingin membelikan
makanan untuknya, pemuda itu harus menanggung semua itu.
Melihat sahabatnya merasa sedikit tertekan dengan sebuah cairan bening
yang mengaliri pipi mulus Prisil, Selly mengambil inisiatif dengan
mengelus-elus punggung sahabaatnya itu.
“Baiklah. Kalau begitu kalian pulang saja. Biar aku yang menjaganya
malam ini.” Tawar Dawan. “T-tidak, biar aku yang menjaganya. Karena aku dia
seperti ini.” Prisil berdiri sembari menghapus cairan bening yang sudah
terlanjur menghujani pipi mulusnya.
“Biarkan aku saja. Kalian pulanglah.”
Seolah tak mendengar permintaan gadis bersurai ungu tersebut, Dawan tetap
menyuruh ke duanya untuk pulang. “ku mohon ka, biarkan saja Prisil yang menjaganya. Percayalah padanya.”
Selly memelas kasihan pada seniornya itu. Gadis itu juga mengerti kalau Prisil
ingin menebus kesalahannya kepada pemuda idamannya yang kini terbaring lemas
seakan menantikan seorang penjaga.
“Haaahhh.. baiklah.” Dawan akhirnya luluh dengan godaan kedua juniornya
itu. Pemuda bermata ruby itu sempat berpikir apakah ke dua gadis di hadapannya
ini memiliki bakat menggoda, karena setiap kali
mereka memohon pasti pemuda tampan itu selalu kalah.
Selly dan Dawan akhirnya pergi dengan mengendarai Ferari merah milik
pemuda ruby tersebut, sementara Prisil segera masuk ke ruangan di mana Wira
terbaring dan mengambil kursi putih yang sengaja di letakkan di sudut ruangan
khusus untuk para penjenguk. Prisil duduk di sebelah kiri pemuda safir
tersebut, gadis itu sedikit merapikan rambut kebanggaan seniornya sembari
menatap wajah Wira dengan senyuman manis. Lama gadis itu terhipnotis dengan
pancaran keindahan wajah tampan yang ada di hadapannya, tiba-tiba sebuah suara
membuyarkan aktivitas terindah gadis itu.
“Apa kau akan terus menatapku seperti itu ?” Prisil terkejut karena
pemuda yang sedang membuatnya berbunga-bunga ternyata telah sadar dan sengaja menjahili
si gadis culun itu.
“E-ee.. I-itu.. E-eee, M-maaf.” Kali ini Prisil salah tingkah dengan
ulahnya sendiri. Gadis itu tidak dapat berbuat apa-apa, ia hanya bisa tertunduk
malu dengan rona merah seperti kepiting rebus yang sudah menjalar ke seluruh
wajah gadis itu. Melihat tingkah lucu dari gadis berambut ungu itu, Wira
langsung tertawa pulas karena berhasil mengerjai gadis yang ada di hadapannya
ini. “Wuahahahahaha… ” tawa jahil dari Wira akhirnya pecah seketika.
“Hiks.. hiks” terdengar suara tangisan singkat yang dapat terdengar
jelas di ke dua telinga kekar milik
Wira. “hahaha… E-eh ? K-kau menangis ?” Wira memperhatikan wajah prisil, namun
wajah gadis itu terhalangi ke dua tangan mungil yang sedang menutupi wajah dari
gadis bersurai ungu itu.
“….”
“Kalau begitu A-aku minta ma..”
BRUUUKK. ! “Eh ? hey apa kau baik-baik saja ?” Wira heran setengah mati. Pasalnya, gadis bersurai ungu ini pingsan seketika setelah ke dua tangannya di genggam pemuda
safir berambut kuning itu. Apa penyebabnya ? tentu saja karena rasa gugup yang
sudah menggelegar keseluruh tubuhnya. Walaupun gadis ini tengah menangis yang
entah merasa bersalah, atau kesal karena di tertawai, namun tetap saja ia akan
merasa malu jika tangannya di genggam seperti itu. Jangankan di sentu, di tatap oleh pemuda yang
satu ini saja sudah cukup untuk menimbulkan rona merah dan rasa gugup serta
kikuk yang luar biasa hebat. Ya ampun Prisil… Prisil..
“S-Selly ? namamu Selly kan ?” Dawan memecah kesunyian yang melanda
mereka dalam perjalanan pulang. “I-iya ka. A-ada apa. ?” Selly sedikit melirik
ke arah pemuda bermata ruby itu. “I-itu.. aku ingin B-bertanya.”
“Ya, T-tanya tentang apa ka ?” masih
dalam keadaan tertunduk, namun
kali ini gadis itu mulai memainkan ke dua jari telunjuknya. Penasaran ? so
pasti. “Kenapa kau begitu mempercayakan Wira pada temanmu itu ?” Selly sedikit
kecewa karena apa yang ia bayangkan tentang pertanyaan yang akan pemuda ruby
itu katakan ternyata meleset jauh. “aku hanya merasa mereka itu cocok” jawab
selly. “cocok. Apa maksudmu ?” Dawan sedikit mengarahkan pandang pada gadis
bersurai pink ini. “A-ahh.. T-tidak. Itu Cuma pendapatku saja.” Sebenarnya
gadis yang terkenal menduduki posisi ke dua sebagai gadis tukang ‘gosip’ ini
ingin mengatakan tentang perasaaan Prisil yang sebenarnya. Namun gadis ini
menghargai perasaan sahabatnya itu dan tidak ingin menyampaikannya.
(Skip)
3 hari kemudian, SMA 7 Buol.
Bosan. Itulah yang selalu terlintas dalam otak kecil milik pemuda
berambut kuning yang satu ini, di mana setelah berada selama dua hari dalam
sebuah ruangan berlatarkan warna putih dan memiliki bau yang khas seperti obat,
kini saatnya pemuda itu berangkat sekolah tepat di hari senin yang merupakan
hari yang sangat di benci Wira karena hari ini penuh dengan pelajaran yang
berhubungan dengan rumus.
Hari ini seluruh siswa kelas 3 IPA telah siap menunggu guru fisika
sekaligus wali kelas mereka.
5 menit…
10 menit…
15 menit….
“Hallo anak-anak. Maaf terlambat” setelah lama menunggu, akhirnya apa
yang telah membuat sebagian siswa di ruangan itu bosan telah tiba. Dialah guru
sekaligus wali kelas 3 IPA. Badrus,
begitulah ia di kenal di seluruh SMA 7 Buol ini. Pria berambut hitam
pendek dengan tatapan yang selalu terlihat sayu ini memang selalu saja
terlambat. Para siswa pun tau bahwa hal ini karena pria yang satu ini memiliki
hobi membaca komik yang selalu di bacanya sebelum ia mengajar atau ke tempat
yang sudah di janjikan sebelumnya.
Merasa tak ada respon dari seluruh siswa, pria parubaya ini bingung dan
berusaha mencari seseorang. “Ketua kelas. Mana ketua kelas ?” Tanya Badrus
dengan kedua bola mata yang masih memutar mencari orang yang baru saja di tanyakannya.
“ini pak.” Tunjuk seorang pemuda berambut cokelat dengan sedikit gigi taring
yang agak menembus lapisan bibir. Pemuda itu bernama Arif. dan kebetulan ia
merupakan teman sebangku Wardiki yang merupakan ketua kelas 3 IPA.
Wardiki merupakan seorang siswa yang memiliki rambut layaknya sebuah
nanas karena ujung rambutnya yang sengaja diikatnya. Pemuda ini selalu tidur,
baik itu sedang belajar atau tidak,
Wardiki lebih memilih tidur dari pada melakukan aktivitas lain. Bahkan ia
memiliki slogan yang berbunyi ‘tidur itu indah’. Pemuda ini juga tidak menyukai
hal-hal yang menurutnya ‘merepotkan’. Bahkan semua sahabatnya heran tentang
bagaimana ia bisa menjadi ketua kelas. *ilmu gaib kali ya..*
TAAAKK… ! sebuah spidol mendarat mulus tepat di kepala Wardiki.
“H-haddiiirr..” Wardiki yang luar biasa terkejut secara sukarela berteriak yang
tentu saja di ikuti gelak tawa dari seluruh siswa. “M-maaf.” Pemuda malas itu
akhirnya menyadari situasi. Dengan segera Badrus menatap Wardiki dengan sebuah
tatapan yang penuh arti. “Haaahh..
merepotkan… bersiap, beri salam..”
“Selamat Siaaangg pak…”
“Selamat Siang, anak-anak… baiklah pada siang ini kita kedatangan
seorang siswa baru. Silahkan masuk.” Badrus mempersilahkan seorang siswa memasuki
ruang kelas, dan murid baru kali ini adalah seorang pemuda yang ‘cukup tampan’.
Kenapa ‘cukup tampan’ ? sederhana, karena dari semua siswa yang terlihat
biasa-biasa saja setelah melihat pumuda yang satu ini, ternyata Ino yang
merupakan ratu gossip di sekolah itu terlihat senang atau mungkin bisa dibilang
sedikit mengeluarkan rona merah pada ke dua pipinya. Jatuh cinta pada pandang
pertama ? hm.. kita lihat saja nanti.
“Hallo semua. Perkenalkan nama saya Fadly, umur 17 tahun, hobi saya
melukis. mohon kerja sama dari teman-teman sekalian.” Ucap pemuda yang satu
ini. Dan jika ada yang menanyakan bagaimana ciri-ciri pemuda ini maka akan saya
jelaskan : pemuda ini berambut hitam, memiliki mata hitam, kulit putih pucat,
dan hal yang paling menonjol dari pemuda ini selalu memamerkan senyum palsunya.
Entah itu dalam kondisi apapun pemuda ini akan selalu tersenyum. Dan jangan
lupa sebuah buku yang selalu di bawanya kemana-mana yang berjudul ‘Cara menjadi
baik dengan tersenyum’.
“Baiklah. Sekarang kau boleh duduk di…..” Badrus memutar antena matanya
untuk mencari sebuah kursi kosong. “Oh ya, di sebelah Wira.” Pria parubaya itu
dengan cepat menunjuk sebuah kursi kosong yang tepat berada di sebelah Wira.
Fadly segera berjalan menuju kursi yang telah di tentukan.
“Namamu Fadly kan ?”entah memang otaknya
yang sedang bermasalah atau tidak,
dengan polosnya pemuda berambut kuning
ini menanyakan nama dari pemuda itu yang jelas-jelas telah di
perkenalkan sebelumnya. Dan satu kata yang terlintas di otak kecil Fadly setelah mendapat pertanyaan
konyol tersebut yaitu : ‘BODOH’ namun reaksi otak dan bibir pemuda ini sedikit
berbeda karena ia segera mempertunjukan senyum palsunya. “Namaku Wira.
Wirasetya.” Wira menjulurkan tangannya dan segera di balas oleh pemuda yang
bersangkutan.
KRIIIINGGG… bel istirahat telah berdentang, para siswa yang tadinya
terlihat sayu, lesuh, dan bahkan ada
yang sedang tertidur pulas, kini berhamburan keluar kelas dan menuju sebuah
ruagan berukuran cukup besar yang
bertuliskan ‘Kantin sekolah’. Seperti biasa, kegembiraan yang sedikit
berlebihan ini di picu oleh perut mereka
yang telah bernyanyi dari beberapa waktu
yang lalu.
“Eee.. Permisi, apa aku boleh bergabung bersama kalian ?” Tanya seorang
pemuda yang terkenal dengan senyum palsunya itu. “Eh ? oh kau rupanya.” Pemuda
berambut kuning yang sebelumnya terlihat berjalan sejejer dengan sahabat
karibnya itu berhenti dan mengikuti sumber suara. “Dawan, bagaimana menurutmu
?” Wira segera menanyakan pendapat dari pemuda ruby yang terlihat hanya diam
dengan tatapan ‘dinginnya’. “Hn” Dawan
mengangguk seakan berkata ‘terserah kau saja’. Wira yang mengerti dengan
jawaban Dawan memberi akses agar pemuda seribu senyuman itu mensejajarkan
langkah kakinya dengan ke dua sahabat
yang baru saja ia dapatkan.
“Pengumuman kepada seluruh siswa SMA 7 Buol…” Suara lantang Swandi
selaku kepala sekolah melalui toa
(pengeras suara) seketika mengguncang seluruh kawasan sekolah bagai gempa berkekuatan tinggi, bahkan Wardiki yang sedang
menikmati tidur siangnya bangun karena
frekuensi suara yang terlanjur menggema.
“Untuk merayakan ulang tahun sekolah, seluruh siswa ilmu alam (IPA) akan
melakukan obserfasi terhadap flora dan fauna langka yang ada di daerah
‘Brasta’. dan untuk para siswa ilmu social (IPS) akan menugnjungi museum Juken.
Dan untuk informasi mengenai jadwal serta peralatan yang harus di bawa segera
mengunjungi kantor sekolah. ” lanjut Swandi melengkapi kalimatnya.
Brasta merupakan sebuah lokasi berukuran luas dengan hutan hijau yang
terkenal dengan keanekaragaman hayati, dan alasan utama dewan guru memilih
daerah itu untuk para siswa ilmu alam, karena tepat di pinggir hutan tersebut terdapat
sebuah vila pribadi milik orang tua Wira. Selain itu, museum Juken merupakan
museum terbesar yang ada di Buol. Museum itu banyak menampilkan berbagai budaya
serta sejarah dari Buol itu sendiri. Dan salah satu penyumbang dana terbesar
dalam pembangunan museum tersebut tidak lain merupakan orang tua Dawan.
(Ruang kelas 2 IPA)
“Brasta ? oh iya, kalau aku tidak salah di dekat daerah itu ada villa
pribadi milik ka Wira.” Ucap Gisell. Jangan lupa, gadis bersurai pirang ini di
kenal merupakan ratu ‘gosip. Jadi jangan heran jika gadis yang satu ini selalu
Up to Date setiap harinya.
“K-ka Wira ?” muncul sebuah rona merah di kedua pipi Prisil. (Ka Wira
pasti ikut) kallimat itulah yang seketika menembus atmosfir otak Prisil ketika
mendengar nama pemuda bersurai kuning tersebut. “HEYY… ! pasti sedang mikirin
ka Wira kan ?” Selly menepuk punggung Prisil dengan sebuah tatapan nakal.
“A-a.. Ti-tidak..” jawab Prisil gagap. Jelas terlihat bahwa gadis yang satu ini
sedang mengalami suatu keadaan yang di sebut ‘salting’.
“Hahahahaha.. jangan bohong.” Gisell tertawa kecil sembari mencubit pipi
mungil Prisil dengan sedikit meninggalkan warna merah. Sementara sang empunya
hanya diam mematung.
KRIIINGG… bel sekolah yang telah di tunggu oleh seluruh siswa akhirnya
berbunyi. Sebuah bel yang seakan berkata ‘merdeka’ pada seluruh penghuni SMA 7
ini. Dan seperti biasa, para siswa langsung berhamburan layaknya sekumpulan
semut yang telah kehilangan tempat tinggal.
(Wira’s Apartement)
Dalam sebuah ruangan putih dengan tambahan
beberapa sofa kuning dengan sebuah meja kayu serta beberapa tambahan bunga di
setiap sudut ruangan terlihat sseorang pemuda bersurai kuning dan seorang gadis
bersurai ungu duduk diam. Setelah bel sekolah berbunyi, dengan sigap pemuda
bersurai kuning ini langsung menjemput seorang gadis yang terlihat hanya
tertunduk diam di depan gerbang SMA 7 Buol. Ini bukan tanpa alasan, karena
pemuda ini sadar bahwa masa hukuman gadis yang satu ini belum berakhir. Dan
setelah sampai di sebuah apartement yang terbilang cukup mewah, ke dua insan
itu segera merebahkan punggung mereka di sebuah sofa panjang dan diam dalam
bisu selama 10 menit. Alasannya ? ya tentu saja malu.
“K-ka ?” Prisil akhirnya memecah kesunyian
dengan sedikit menunduk dan mengepalkan ke dua tangannya. “Y-ya ? A-ada apa ?”
Wira yang diam dengan tatapan kosong langsung berlagak gugup. Hmm… mungkin
sudah tertular virus gugup Prisil.
“A-aku ingin bertanya.” Masih dalam kondisi yang sama, Prisil
memberanikan diri berbicara pada pemuda bersurai kuning yang sedari tadi
menatapnya. Mungkin penasaran dengan apa yang akan di tanyakan gadis pemalu
itu. “ya, silahkan”.
“I-itu… A-apa ka Wira…..”
.
.
.
Bersambung….
.
.
.
Yossh…
selesai juga… Bagaimana ? tambah jelek
ya ? hehehe… hamba minta maaf deh.. hamba kan masih seorang pemula. Hmm… oh ya,
untuk chap ini hamba cukupkan sampai di situ aja ya… soalnya otak hamba udah
keluar asap nih karena dalam waktu yang sama hamba juga sedang ngebuat cerita
yang lain. Jadi buat para readers yang masih penasaran dengan kelanjutannya,
hamba mohon sabar ya. Hamba janji kok akan update secepatnya.
.
See you in the next chap ya…JJJJJJJ
No comments:
Post a Comment