Friday, 21 August 2015

Cerita cinta : I Love You (One Shoot)



I Love You

            Note :
 1. Semua cerita yang hamba buat ini 100% berasal dari otak hamba dan bukan hasil copyan dari cerita lain
2. Dilarang keras meng-copy/re-copy semua cerita hamba.


                 Ohaiyo Gozaimasu minna san… ! Kodoyo habar ??. kembali lagi hamba update cerita baru nih..
Semua cerita yang hamba update berasal dari OTAK hamba dan BUKAN kopian dari cerita yang sudah ada



                 Oke deh cukup ya basa-basinya. Pada kesempatan kali ini hamba ada sebuah cerita karangan hamba yang berjudul I Love You




Genre : Drama, Romance
Warning : AU, OOC, Typos, etc.
Jumlah Chapter : 1 (One Shoot)
Pairing : Dawan (17 tahun) x Selly (17 tahun)
Summary : kalian pernah mendapat hadiah yang sangat kalian inginkan di hari ulang tahun kalian ? Hm.. kejadian serupa juga terjadi pada gadis yang satu ini. mau tau ? Let’s read guy’s
.
.
.
DON’T LIKE, DON’T READ !
.
.
`
               Alarm kecil Selly berdering hebat. Selly merapikan selimut birunya dengan kondisi mata yang masih terpejam. Di lihatnya jam yang masih menunjukan pukul 05:00, gadis bersurai pink ini segera turun dan menuju kamar mandi yang kebetulan berada di lantai bawah. Setelah itu, gadis bersurai pink dilengkapi dengan mata emerald ini segera merapikan diri dilengkapi seragam SMA-nya di depan sebuah cermin sebadan.



               Selly mengambil HP pink miliknya di atas meja yang terletak di samping tempat tidur putih berukuran sedang. Terlihat senyum cerianya ketika nama Dawan yang terpampang pada inbox-nya pagi itu. Dengan cepat gadis ini segera menekan sebuah tombol yang bertuliskan ‘Open’ pada layar HP pink berukuran cukup kecil tersebut.


     From : Dawan
               Pagi Sell, Selamat ulang tahun ya. Semoga panjang umur, sehat selalu, dan sayang sama keluarga.



               Yap hari ini, tepat tgl 09-09-2014 merupakan hari yang telah di tunggu-tunggu gadis bersurai pink ini. Hari di mana akan ada hal-hal yang menarik, membahagiakan, bahkan mengharukan bagi setiap insan yang merayakannya. Senyum ceria Selly semakin besar setelah mengetahui bahwa Dawan yang merupakan seorang pemuda yang telah lama di sukai gadis emerald ini merupakan orang pertama yang memberi ucapan selamat padanya.



               Walaupun terlihat hanya sebuah SMS biasa, namun itu merupakan hal luar biasa setelah sekian lama memendam perasaannya pada pemuda bermata ruby yang satu itu. Selly mulai menyukai pemuda ruby ini sejak kelas 2 SMP pada saat Dawan menjadi seorang murid baru, gadis bersurai pink ini terus memendam perasaannya sampai saat ini karena Selly merasa bahwa Dawan terlalu sempurna untuknya.



               Sesegera mungkin Selly mengambil tas pink bergambar hello kity dan segera berangkat ke sekolah dengan berjalan kaki, menurutnya, jalan kaki bisa menjadi sedikit olahraga baginya. Setelah beberapa saat menempuh perjalanan yang cukup menguras tenaga, akhirnya gadis emerald ini sampai di sebuah lokasi yang bertuliskan BHS (Buol High School).



               “Pagi pak.” Selly memberi salam pada pak Badrus. Pria  parubaya ini setiap hari memang selalu menjadi orang pertama yang berada di sekolah. “Pagi, Selly” jawab Badrus sembari mengeluarkan  senyum manisnya. Dengan langkah ceria Selly berjalan menuju kelas. Namun gadis itu merasa ada yang aneh dengan sekolahnya pagi ini. Pasalnya, tepat di tengah lapangan gadis itu melihat sebuah panggung kecil yang sempat membayangi otaknya karena pada hari sebelumnya belum terdapat apa-apa di daerah yang terbilang cukup luas tersebut.



               “Hay Selly.” Dawan menepuk bahu Selly. Seketika jantung gadis bersurai pink ini berpacu kencang, kedua lutunya lemas. Senyum manis dan keindahan mata ruby pemuda inilah yang selalu membuat hati seorang Selly berdebar tak menentu.



               “H-hay juga.” Jawab Selly gugup. “Waahh. Seperti biasa, kau selalu datang pagi ya…” puji Dawan sembari melanjutkan detak langkah mereka menuju ruang kelas. “I-iyah. Hm.. oh ya, ini panggung untuk apa ?” Tanya Selly menunjuk sebuah panggung berukuran kecil. “Oh itu ? jadi, sebentar akan ada lomba bernyanyi.” Jelas Dawan .

               “Kyyyyyyaaaaaaaaa…”
               “Ka Dawaaaaaannn…”
               “Wahh, tampanya…”
               Begitulah beberapa teriakan yang terdengar dari segerombolan gadis-gadis pada sebuah koridor luas yang seakan menghalangi jalan kedua insan tersebut. Beginilah suasana BHS jika pemuda bersurai hitam dengan tatapan mata rubynya yang err… sangat istimewah di sekolah yang satu ini. Bahkan jika pemuda ini mengedipkan matanya pada para gadis, bersiaplah menyiapkan beberapa ambulans, karena hanya dengan satu kedipan saja bisa membuat para gadis tepar seketika.



               Mendengar beberapa teriakan dari para gadis disekitar mereka, Selly merasa sedikit cemburu. Namun apa daya, Pemuda itu memiliki ketampanan yang mungkin bisa saja tercatat dalam buku rekor dunia. Tidak hanya itu, pemuda itu merupakan atlet basket, berotak jenius, pandai bernyanyi, dan bahkan ramah. Sementara Selly ? dia tak lebih dari sebuah patung dalam sekolah yang satu ini, karena pasalnya gadis ini gemar menyendiri atau mungkin berkumpul bersama beberapa temannya disudut ruang kelas.



               Meskipun gadis ini merasa tidak pantas berjalan bersama dengan pemuda tampan ini, namun tetap dalam sebuah hati kecilnya ia merasa sangat senang bisa sedekat ini dengan pemuda idamannya itu. Awal kedekatan mereka terjadi pada saat mereka masuk dalam sebuah kelompok untuk mengerjakan tugas Kimia yang kala itu cukup sulit. Alhasil, Dawan harus mengunjugi rumah Selly berkali-kali untuk sedikit memberi pemahaman tentang materi yang akan mereka presentasikan di depan kelas.



               “Aku mau ke ruang osis. Kau masuklah dulu.” Dawan menepuk pelan bahu Selly diiringi senyum manisnya. Lagi, sebuah rona merah muncul pada kedua pipi chuby gadis itu. Selly terus memegangi pipi kirinya sembari melihat kepergian pemuda bersurai hitam itu sampai menghilang pada sebuah persimpangan koridor sekolah.



               Selly segera melangkahkan kakinya masuk kedalam sebuah ruangan yang bertuliskan (Kelas XII IPA 3 ). Gadis itu lalu menuju tempat duduknya yang terletak dibagian sudut belakang yang bersebelahan langsung dengan jendela. Dari balik jendela itulah Selly setiap hari memandangi hamparan lapangan olahraga berukuran cukup luas dengan sebuah net yang langsung memisahkan kedua ujung lapangan tersebut.



               Namun ada yang aneh dengan lapangan yang selalu terlihat sepi itu. Yap, seperti penjelasan Dawan, hari ini ada sebuah lomba bernyanyi antar kelas. Jika saja gadis yang satu ini sedikit memiliki keberanian, pasti ia akan menyadari bahwa ia memiliki suara emas yang luar biasa indah. Dan salah-satu sahabatnya Gisell, selalu saja memaksanya untuk mengikuti setiap lomba bernyanyi yang diadakan sekolah itu. Cuma Gisell yang merupakan satu-satunya orang yang mengetahui bakat terpendam sahabatnya itu. Karena beberapa tahun lalu pada saat Gisell mengunjugi rumah Selly, tanpa sengaja telinganya menangkap serangkaian nada suara yang sangat indah yang di lontarkan Selly pada saat gadis bersurai pink itu sedang mandi.



Skip
               Kriiiiinggg… Bel istirahat telah berdentang, kini saat yang telah di tunggu bagi para siswa BHS. Waktu yang menunjukan bahwa lomba bernyanyi antar kelas akan segera di mulai. Seluruh siswa terlihat mulai mengerumuni lapangan sekolah. Ada yang dengan susah payah membawa kursi agar mendapatkan kenyamanan saat menonton, ada juga yang hanya memilih berdiri dengan sebungkus cemilan, dan lain sebagainya. Terdengar dentuman suara ketukan mig yang sedang di pukul bagian kepalanya yang bertandakan acara akan segera di mulai.



               Seperti biasa, Selly hanya memilih diam di kelas. Sesekali ia juga melihat kearah lapangan untuk sedikit melihat lomba yang menurut beberapa orang sangat seru itu. Namun hasilnya nihil, sebab pandangannya terhalangi beberapa siswa yang sedang menyaksikan lomba tersebut.



               Lomba terus berlangsung. Mulai dari kelas X bahasa sampai akhirnya…. “S-SELLY ?!”  teriak Gisell dengan suara yang cukup kuat yang mengakibatkan beberapa siswa dalam ruangan tersebut melihat sinis kearahnya. “Ada apa ?” Selly menjawab dengan nada malas dan sedikit memutar kedua bola matanya. “Sekarang giliran kelas kita.” Kata Gisell setelah mengatur aliran nafasnya. “ya aku tau. Pasti Fitri yang akan mewakili kelas kita” tebak Gisell yakin. Gadis itu tau bahwa Fitri selalu mewakili kelas mereka setiap lomba bernyanyi diadakan.



               “Itu dia masalahnya. Fitri hari ini tidak sekolah.” Ujar Gisell dengan nada serius. “Lalu siapa yang akan mewakili kelas kita ?” Selly mulai seirus. Ini terlihat dengan nada dan tatapan gadis itu yang mulai serius. “D-dawaan.. !” lanjut Gisell diikuti seluru siswa minus Selly dan Gisell yang terlihat berhamburan keluar kelas setelah mendengar nama pemuda tampan itu. Sementara Selly hanya diam mematung dengan kedua bola mata yang telah membesar. Pasalnya, gadis itu tau, walaupun Dawan pandai bernyanyi, namun sangat mustahil untuk sekedar membujuk pemuda yang satu itu. Alasannya ? sampai saat ini Selly juga belum mengetahui pasti apa alasannya.



               “Dan satu lagi, Dawan memintaku untuk pergi memanggilmu karena ada yang ingin dikatakannya padamu.” Lanjut Gisell. “A-aku ?” seketika beribu macam pertanyaan muncul dalam pikiran Selly. Kenapa dia memanggil gadis itu ? apa sebenarnya yang ingin dikatakannya ? kenapa tidak di dalam kelas saja ?



               Kedua gadis itu segera menuju panggung. Ada sedikit masalah, karena jalan menuju panggung yang sedikit terhalangi beberapa siswa, terutama para gadis dengan beberapa teriakan heboh. Untung saja Gisell merupakan seorang atlet karate, jadi tentu saja mereka dengan mudah menuju bagian depan panggung. Sebenarnya Selly masih memiliki satu lagi sahabat yang bernama Prisil, namun untuk hari ini gadis itu tidak sekolah karena sakit.

               “Ini dia peserta terakhir kita…. Dawan.” Ucap pembawa acara yang sering dipanggil Ekri itu.
               “Kyyyyyyyyaaaaaaa…”
               “Dawaaaaaaann…”
               “Kau pasti juaraaaa…”


               Begitulah situasi saat pemuda tampan itu naik keatas panggung. Ada yang teriak sambil tepuk tangan, ada juga yang berdiri diatas kursi, dan bahkan ada yang sampai guling-guling di tanah saking senangnya.



               “Baiklah. Sebelumnya terima kasih buat para panitia yang telah menyelenggarakan lomba ini. berhubung perwakilan dari kelas XII IPA 3 yang biasanya ikut tidak bisa sekolah, maka saya akan menggatikannya. Dan pada kesempatan ini saya akan membawakan lagu dari (One Direction – What Makes You Beautiful). Serta untuk Selly mohon bersabar, karena setelah ini aku akan mengatakan sesuatu padamu”



               “Ciiieeeee… Ciiieeee…” beberapa murid hanya ber-cie ria setelah pemuda itu menunjuk gadis bersurai pink yang satu ini



               DEG.. jangtung Selly semakin berpacu kencang setelah Dawan tersenyum kepadanya. Pikiran gadis itu semakin terganggu dengan rasa penasaran yang sudah mengguncangnya sejak tadi. Setelah itu, Dawan segera menunjukan keahlian bernyanyinya. Sampai akhirnya….



               “Yap. Itulah penampilan dari teman kita Dawan. Dan sesuai janji, akan ada sesuatu yang akan dikatakan teman kita ini kepada Selly. Dan untuk Selly selamat menyimak ya..” ujar Ekri selaku pembawa acara dalam perlombaan itu.



               Dawan segera mengatur aliran nafasnya. Pemuda itu menuju pinggir panggung, sebelum pemuda itu memulai serangkaian kalimatnya, ia langsung memberikan senyum termanisnya pada gadis yang kini hanya termenung diam.



               “Hm.. baiklah. Mungkin ini akan menjadi momen yang tak terlupakan dalam hidupku….” Dawan mengambil nafas dalam-dalam sebelum melanjutkan kalimatnya. “Selly, aku hanya ingin menyampaikan 3 kata untukmu. Dan setelah aku mengatakannya, aku juga ingin mendengar jawaban langsung darimu.”



               DEGG… pacuan jantung gadis bersurai pink tersebut bertambah kuat. Beribu-ribu pertanyaan yang sejak tadi masih tertahan dalam otak gadis pink itu makin bertambah. Apa yang akan dikatakannya ? apa sebenarnya ? jangan-jangan…. ? ah tidak-tidak… pikiran itu segera dibuangnya jauh-jauh. Gadis itu sadar akan perbedaan mereka berdua. Bagai langit dan bumi.



               “I Love You.”  Ucap pemuda bersurai hitam itu dengan posisi seperti seorang lelaki yang akan melamar seorang wanita.
               “Ciieeeeeee… ciiieeeee….”
               “Suuiiittt… suiiiitttt….”


               Semua siswa yang sedang membanjiri daerah tersebut meneriaki Selly. Ada yang berteriak sampai harus dibawa ke ruang UKS karena kehabisan nafas, ada juga yang guling-guling tidak terima, namun tidak sedikit juga yang memberi sorakan pada Selly untuk menerima cinta pemuda tersebut. Melihat situasi, Gisell dengan segera mendorong sahabatnya itu, ia juga memaksa Selly agar segera naik keatas panggung. Sementara Selly ? Selly hanya mampu pasrah, karena percuma jika ia meronta karena perbedaan kekuatan diantara mereka.



               Dengan kepala tertunduk gadis itu perlahan maju menghampiri Dawan yang sudah menunggu kedatangan serta jawaban dari gadis cantik itu. Jantung yang semakin berdetak seakan ingin keluar, kaki yang tak hentinya gemetar, serta wajah yang di penuhi rona merah. Begitulah keadaan gadis yang satu itu saat ini. kini jarak diantara mereka hanya tinggal beberapa centi namun gadis itu masih menunduk, sementara Dawan hanya bisa diam menunggu. Sementara seluruh siswa…….. ?
               “Trimaaa.. Trima…”
               “Ayo terima…..ayo terima….”
               “Cieeee.. cieee….”


               Seperti itulah beberapa sorakan para siswa yang ada. Bahkan tidak sedikit diantara mereka yang menangis tersedu-sedu saking terharunya. Inilah mimpi terbesar bagi seorang Selly. Mimpi yang selalu diinginkannya setiap malam sebelum tidur dengan menatap indahnya sinar bulan. Kini kesempatan terindah ini sudah di depan matanya.



               “I Love You Too” jawab Selly gugup setelah berusaha menahan tubuhnya untuk tidak pingsan di hadapan pria idamannya ini.

               “Yeeeeee…..”
               “Woooaaaaa… romantis….”
               “Ehem.. ehemm…”


               Para siswa langsung bersorak gembira diikuti beberapa lompatan asal diantara siswa-siswa tersebut. Nampak para guru yang hanya tersenyum, Pak Badrus yang tertawa terbahak-bahak,  Bahkan pak Sofyan yang terkenal dengan kegalakkannya ikut menangis menyaksikan momen indah tersebut.

The End
I Love You by Wirasetya

Ok Guy’s… ayo kita ucapkan selamat pada mereka berdua…. Hehehe.. sekian dulu cerita hamba yang satu ini karena sesuai yang telah hamba katakan diatas (One Shoot) artinya cerita ini hanya sastu chap aja. Atau cerita yang langsung habis.

No comments:

Post a Comment