Friday, 21 August 2015

Cerita cinta : Hukuman Terindah Chapter 3



Hukuman Terindah
                                                                                                     

            Note :
 1. Semua cerita yang hamba buat ini 100% berasal dari otak hamba dan bukan hasil copyan dari cerita lain
2. Dilarang keras meng-copy/re-copy semua cerita hamba.



Hukuman Terindah by Wirasetya Rade & Trisudawan




Ohaiyo Gozaimasu, minna-san… Kodoyo habar ?? JJ
               Hm.. oh ya, hamba update chap 3 nih. Moga para readers nga bosan ame cerita hamba ya. Maaf ya kalau chap sebelumnya agak rada kurang jelas, tapi hamba akan berusaha semaksimal mungkin agar lebih menarik lagi. Dan untuk chap ini hamba akan sedikit mengeluarkan perasaan cinta (mungkin) dari kedua pemuda yg cool-cool ini.
.

Genre : Drama, Romance
Warning : AU, OOC, Typos, etc.
Jumlah Chapter : --
Pairing : Wira (17 tahun) x Prisil (16 tahun) & Dawan (17 tahun) x Selly (16 tahun)
Summary : Bagaimana jika orang gadis pemalu mendapatkan seorang kekasih yang selama ini di impikannya hanya dengan sebuah hukuman ? apa mungkin ? atau tidak ? Let’s read guys..
.
DON’T LIKE, DON’T READ !
.
.
.
Chapter 3


               “I-itu… A-apa  ka Wira…..”
               “Ya ?”


               “A-apa K-ka Wira… akan ikut M-merayakan ulang tahun sekolah ?” akhirnya, apa yang telah terbelenggu di otak gadis bersurai ungu ini keluar, setelah berusaha menahan rasa gugup dengan sedikit rona merah yang terpancar dari wajah gadis yang satu ini.



               “Brasta, maksudmu ?” Tanya Wira, dan di balas dengan sebuah anggukan kecil dari Prisil. “Ya kurasa begitu.” Lanjut Wira.



               “Oh ya, dan soal hukumanmu itu, aku ingin kau mengakhirinya karena aku tidak mau melihatmu setiap hari hanya sibuk dengan aktivitas yang ada di rumahku sedangkan segala aktivitas pribadimu kau lupakan.” Wira mengarahkan sedikit ujung matanya ke arah gadis bersurai ungu ini, namun focus dari pemuda yang satu ini telah mengarah ke mata  rembulan gadis itu. Entah mengapa  setiap melihat mata  gadis itu, pemuda yang memiliki mata seindah safir ini merasakan sensasi yang berbeda dari kebanyakan gadis lainnya.



               “T-tapi…”
               “Sudahlah, aku hanya tak mau kau merasa kelelahan dengan aktivitasmu yang seperti ini setiap hari. D-dan  A-aku akan merasa khawatir jika terjadi sesuatu P-padamu.” Ucap Wira gugup di akhir kalimatnya dan sedikit menggaruk pipi dengan jari telunjuknya.



               DUUBB.. jantung Prisil seakan meledak ketika pemuda bersurai  kuning  itu mengucapkan sebuah kalimat larangan. Walau pengucapannya yang sedikit gagap, namun kalimat itulah yang selalu ingin di dengar ke dua telinga mungil gadis pemalu ini. Prisil menunduk berusaha menutupi rona merah yang terlanjur menjalar di seluruh wajahnya.



               “Baiklah. Kalau begitu ayo kita makan.” Wira segera meraih tangan Prisil. Pemuda itu bermaksud menuntunnya ke sebuah ruangan yang di sebut ruang  makan yang hanya berjarak beberapa langkah dari tempat mereka sekarang.



               BRRUUKK. Yap, seperti biasa, jika tubuh gadis yang satu ini di sentuh oleh pemuda yang telah lama di kaguminya itu. Maka ia akan segera pingsan. Ini bukan karena gadis bersurai ungu itu ketakutan, melainkan ia merasa sensasi bahagia serta malu yang teramat sangat tinggi.



               “EH ? P-pingsan ?  hey..  kenapa kau selalu pingsan di saat aku menyentuhmu  ?” Pemuda itu segera membawa Prisil ke tempat tidur king size miliknya. Wira segerah merebahkan tubuh gadis  yang menurutnya aneh ini. Pemuda itu sedikit merapihkan beberapa helai  rambut gadis itu yang dinilainya cukup berantakan.



               “Cantik” batin Wira. Pemuda itu terus memperhatikan wajah gadis yang selalu bersamanya ini. Mata  pemuda itu seakan enggan untuk berpaling sedikit saja dari hamparan keindahan gadis bersurai ungu tersebut. Lama pemuda itu memperhatikan wajah Prisil, tiba-tiba ia merasa kantuk yang luar biasa hebat datang menghampirinya. Pemuda bersurai kuning ini sebenarnya masih ingin  memperhatikan wajah gadis yang ada di depannya, namun ia juga tak ingin melawan kuasa tubuhnya dan segera bergabung di samping Prisil namun  dengan jarak yang terbilang cukup jauh.



Dawan’s Apartement
               “Satu hal lagi..” langkah Selly terhenti di depan pintu utama apartement milik Dawan. Gadis bersurai pink ini yang tadinya telah berpamitan pulang pada sang empunya apartement kini harus berhenti setelah mendengar sebuah kalimat dari mulut pemuda bersurai hitam itu.



               “Aku ingin hukuman konyolmu ini hentikan saja. Karena aku tidak ingin merepotkanmu yang harus mengikutiku setiap hari.”  Lanjut Dawan datar. “T-tapi…” bukan ini yang  di inginkan Selly. Sebenarnya, Selly tidak merasa terbebani jika setiap hari harus menemani pemuda setampan Dawan. Justru sebaliknya, gadis bersurai pink ini merasa bahagia bisa  terus bersama pemuda yang lama telah di idam-idamkannya. “Sudahlah.” Jawab Dawan dengan sedikit mengeluarkan tatapan dinginnya. “B-baiklah” Selly hanya bisa menahan deru nafasnya yang seakan ingin meluap karena saking pasrahnya. Ke dua insan itu segera berbalik ke arah yang berbeda.



          “A-aww…” Selly terjatuh. Entah memang mata gadis itu yang tidak jeli atau ukuran batunya yang terlalu kecil sehingga gadis bersurai pink tersebut terjatuh. Dawan yang masih dapat mendengar jeritan kecil dari gadis itu segera berbalik dan langsung mendapati posisi Selly yang dapat di katakan jauh dari kata baik. Pemuda itu segera menghampiri Selly. “Apa kau baik-baik sa….” Perkataan Dawan terhenti. Pasalnya ruby milik Dawan kini bertemu pandang dengan emerald milik Selly. Keduanya saling berpandangan sampai akhirnya Dawan yang sempat terhipnotis emerald milik Selly sadar. Karena keadaan yang tidak biasa ini, membuat Pemuda yang terkenal dengan sifat dinginnya ini menjadi salting dan langsung melepaskan tubuh dari gadis yang sempat di angkatnya.



               “A-aw.. sakit… !”
               “M-maaf. Biar ku antar kau ke dalam.”

Skip

               Pagi t’lah menyongsong bumi. Pagi yang terasa berbeda bagi kedua primadona SMA 7 ini. Pasalnya, apartement mereka sedikit berbeda karena kehadiran gadis yang terpaksa harus tidur di tempat masing-masing dari mereka. Prisil yang pingsan seketika pada saat menerima sentuhan yang menurut pemuda itu biasa, dan Selly dengan kakinya yang terbilang jauh dari kata sehat.



Dawan’s Apartement
                 “Huuaaamm… I-ini..” Terlihat seorang gadis bersurai pink yang mungkin baru saja sadar dari alam mimpi sembari mengucek ke dua matanya. Setelah melihat suasana kamar yang terlihat asing bagi gadis bersurai pink tersebut, ia baru tersadar bahwa ini memang bukan kamar miliknya, gadis itu sempat memegangi kakinya dan sedikit merasa aneh? Yap itulah yang dirasakan gadis bersurai pink ini setelah merasa kaki yang sebelumnya sakit kini tak merasa sakit sama sekali.



               “K-ka Dawan di mana ya ?” Selly segera merapihkan tempat tidur yang terlihat berwarna putih dengan sedikit tambahan warna biru. Gadis itu segera turun ke lantai bawah, karena kamar yang menurutnya merupakan kamar pribadi Dawan berada di lantai atas.



               “Itu  dia..” gumam Selly setelah mendapati pemuda yang sedari tadi sedang dicarinya terlihat duduk di sebuah sofa biru dengan sebuah earphone putih yang melekat jelas di kedua telinga kekar pemuda yang terlihat sedang membaca Koran tersebut. Selly segera menghampiri pemuda bersurai hitam itu dengan sedikit lambaian tangan, karena gadis itu sadar percuma kalau ia menyapa seniornya ini dengan sebuah ungkapan karena pasti tidak akan terdengar.



               Setelah melihat lambaian kecil dari Selly, pemuda itu segera melepas benda kecil yang sempat bergelantungan di kepala pemuda bersurai hitam itu. “Oh, sudah bangun rupanya.” Sapa Dawan meletakkan earphone serta Koran di di depan meja bundar yang terkesan sederhana. Selly segera duduk di samping pemuda bersurai hitam tersebut.



               “K-kaki…” Selly sedikit menunjuk kaki yang sebelumnya bermasalah dengan di ikuti pandangan dari kedua ujung matanya. Melihat situasi, pemuda bersurai hitam itu segera menangkap maksud dari gadis bersurai pink yang berada di sampingnya. “Aku yang mengobatinya.” Jawab Dawan mengambil kembali Koran yang sempat di letakkannya di atas meja. “Eh ?” Selly sedikit bingung dengan tebakan yang baru saja masuk dari kedua telinga gadis bersurai pink itu yang ternyata benar.



               “Kau ingin bertanya tentang kondisi kakimu kan ? ya itu aku.” Lanjut Dawan yang masih terlihat sibuk dengan Koran yang sedang di bacanya. “T-terima kasih ka.” Sesumbrat merah muncul di kedua pipi Selly. “Berkemaslah, karena sebantar  sore kita akan pergi ke Brasta. Dan tadi juga orang tuamu mengirimimu SMS, mereka  bertanya kenapa semalam kau tidak pulang.”



               “B-benarkah ? L-lalu apa ka membalasnya  ?”  Tanya Selly sedikit terkejut setelah mengetahui orang  tuanya menanyakan keberadaannya. “Ya. Aku mengatakan bahwa kau tidur di rumah Prisil karena ada sedikit tugas sekolah yang harus di selesaikan.”  Balas Dawan yang masih terlihat focus membaca Koran.



               “B-baiklah, kalau begitu aku permisi  ka. Dan terima kasih  karena telah mengobati  kakiku” Selly berdiri dan segera pergi meninggalkan Dawan yang lagi-lagi masih terlihat focus dengan Koran paginya. “Hn” jawab Dawan singkat dengan sedikit anggukan.



Wira’s Apartement
               “Egh…” Prisil bergumam kecil, gadis bersurai ungu ini bangun karena sebuah sinar matahari yang sebelumnya tepat mengenai matanya. “I-ini..” Prisil sedikit memperhatikan bentuk serta lekukkan dari ruangan di mana ia berada. “Kau sudah  bangun rupanya.” Tiba-tiba gadis bersurai ungu itu mendengar sebuah suara yang terasa dekat di kedua telinganya.



               “K-ka Wira ?”Ternyata suara itu berasal dari Pemuda bersurai kuning yang terlihat masih menutup mata, Prisil juga sadar bahwa ini adalah  kamar seniornya itu, sontak Prisil segera memegangi  seluruh tubuhnya dengan ke dua tangannya. “Jangan takut. Aku tidak melakukan apapun padamu.” Pemuda itu segera merespon gerakan Prisil dengan kondisi mata yang masih tertutup. Sementara gadis yang bersangkutan hanya diam mematung  dengan  rona merah  yang sudah menutupi seluruh wajahnya.



               Prisil bukannya tidak mau tidur dengan pemuda yang satu ini. Bagi gadis bersurai ungu dengan warna mata seperti rembulan ini, tidur bersama pemuda yang selama ini di cintainya merupakan  salah-satu mimpi terbesar dalam hidupnya. Namun tentu saja ia harus mempersiapkan mental terlebih dahulu karena jika tidak gadis yang satu ini bisa pingsan.



               “Karena menjagamu, aku bahkan tidak makan apapun dari kemarin” Wira segera menampakan mata safir miliknya dan mengarahkannya pada gadis yang masih tertunduk di sebelahnya. “M-maafkan aku.” Lagi-lagi Prisil merasa menyesal pada seniornya itu. “Sebagai gantinya, kau harus memasak sesuatu untukku dan juga menemaniku makan.” Wira bangun. Pemuda itu langsung berjalan lurus dengan sedikit memegangi perutnya dan sebuah senyuman kecil ? yap, pemuda itu sengaja melakukannya karena ia merasa ketagihan menjahili gadis yang menurutnya pemalu namun sangat mengasikkan ini.



               Setelah langkah kaki pemuda bersurai kuning itu tidak bergema di kedua telinga Prisil, baru kepala yang tadinya menunduk ke bawah langsung di tegakkannya dengan sebuah deru nafas lega.

Skip

               “Woooaaaw… ternyata kau pintar memasak ya.” Wira kagum luar biasa dengan beberapa jenis masakan yang telah tersedia di sebuah meja makan dengan design pedesaan. Mulai dari beberapa jenis daging, sayuran, dan buah-buahan yang bahkan tidak tersedia di dalam kulkas super besar milik pemuda bersurai kuning tersebut.



               Tanpa menunggu sebuah tiupan peluit, Wira segera menyantap semua jenis masakan yang telah tersedia di hadapan pemuda itu. Melihat tingkah seniornya yang terlihat sangat lapar ini, Prisil hanya bisa tertawa kecil.



               “Hmmm… enak… Ayolah makan bersamaku.” Wira menghentikan aktivitas santap-menyantapnya. Pemuda itu menjatuhkan pandang kearah gadis yang terlihat hanya diam dengan senyuman kecil. “EH ? E-ee B-baiklah.” Prisil bembalikan sebuah piring putih yang masih dalam kondisi terbalik di hadapannya.



               “Siapa yang mengajarimu masak ?”
               “Ibuku”


               “Oh..” Wira hanya ber-‘oh’ ria diselingi dengan sebuah anggukkan kecil. “lalu, di mana ibu dan ayahmu sekarang. ?” Wira kembali bertanya. Namun pertanyaannya kali ini sukses membuat Prisil diam dengan kondisi mematung.



               “…..”
               “Hm ? kenapa ? lagi liburan ? kerja di luar negeri ?” Wira semakin penasaran namun masih focus pada makanan lezat yang sudah lama tidak dilihatnya.


               “Meninggal” DEGG.. Jantung pemuda bersurai kuning tersebut serasa ingin segera melompat setelah mendengar sebuah kata yang langsung menerobos telinga pemuda tersebut. EHHEEK.. HEEK.. Wira tersedak, memaksa keluar makanan yang tadinya akan meluncur mulus ke dalam perut. “M-meninggal ?” Wira segera mengarahkan pandangannya pada gadis di depannya yang terlihat hanya menunduk. Sebuah tatapan yang mengisyaratkan sebuah ketidakpercayaan.



               “…..” Wira segera menghampiri Prisil yang masih saja terlihat menunduk dengan sedikit mengelus punggung gadis bersurai ungu tersebut. “Maaf. Aku tidak berniat membuatmu sedih.” Wira mencoba memperbaiki situasi. “Hiks.. Hiks..” jawab Prisil mengangguk dengan sebuah isakan tangis.



               “Maafkan aku. Aku janji akan menjagamu.” Mata Prisil membulat seketika. Sebuah kalimat yang menurut Wira biasa-biasa saja, namun berbeda bagi Prisil. Kalimat yang pernah diucapkan  kedua orang tuanya sebelum kedua sepasang kekasih itu meninggal dalam sebuah kecelakaan pesawat. Dan juga sebuah kalimat yang dapat menunjukkan kasih sayang kepada orang yang sangat berharga dalam hidupnya.

Skip
SMA 7 Buol, 16:02
               Saat ini adalah saat-saat yang sangat di nantikan bagi seluruh siswa SMA 7.  Hal ini sangat terasa special bagi seluruh siswa kelas IPA, karena perjalanan mereka semakin lengkap dengan kehadiran dua primadona sekolah itu.



               “Kyyyyyyyaaaaa…. Ka Wiraaaa….”
               “Kyyyyaaaa….. Ka Dawaaann…”



               Begitulah beberapa sorakan dari seluruh siswi SMA 7 setelah melihat kedua pemuda tersebut keluar dari BMW serta Ferari pribadi mereka. Mereka terlihat keren sore ini, Wira dengan kaus putih, jaket merah dengan corak putih dikedua lengannya, jam putih bermerek,  sebuah jeans hitam, serta sebuah sepatu putih yang semakin memancarkan karismanya.



               Disisi lain, Dawan dengan kaus putih, jaket Biru ditambah corak putih di kedua lengannya, jam hitam bermerek, jeans hitam, serta sepasang sepatu putih dan menurut para gadis errr… sungguh keren. Dan berselang beberapa saat kemudian datanglah Prisil, Selly, dan Gisell secara bersamaan. Setelah sebelumnya Prisil mendapat sebuah tumpangan gratis menuju rumah kecil namun terkesan sedikit modern itu dari pemuda bersurai kuning yang menyuruhnya pulang untuk mempersiapkan segala keperluan yang akan dibawanya nanti.



               Ke dua pemuda tampan itu berjalan menyusuri beberapa koridor sekolah dengan kedua tangan yang diisi dalam saku celana mereka. Dan seperti biasa, terlihat para gadis mengekor di belakang mereka. Ada yang berteriak gembira karena hanya mencium aroma tubuh yang dipancarkan Dawan, dan bahkan ada juga yang pingsan seketika setelah mendapat sebuah kedipan mata dari Wira. Mungkin ini sedikit berlebihan, namun begitulah keadaan SMA 7 setiap hari.



               “Perhatian, pada seluruh siswa agar segera berkumpul di depan kantor sekolah. Siswa kelas IPA dan juga IPS harap berbaris secara terpisah. ” amukan suara Swandi kembali bergetar di seluruh SMA 7 Buol. Tanpa menunggu lama, seluruh siswa langsung berbaris menurut arahan dari pria parubaya bersurai putih tersebut.



               Setelah mendengarkan arahan dari masing-masing guru pembimbing yang cukup membosankan dan bahkan dapat membuat salah seorang siswa teridur cukup pulas, mereka segera berangkat menuju tempat yang telah ditentukan menggunakan sebuah bis besar. Ada juga yang lebih memilih menggunakan kendaraan pribadi mereka, termasuk Wira dan Dawan.



               Sebelum masuk kedalam kendaraan pribadi milik pemuda bersurai kuning yang satu ini, ia sedikit teringat satu hal yang menurutnya dapat cukup menghiburnya selama perjalanan.

               “Prisil…..”

BERSAMBUNG…



OK guy’s cukup sekian chap 3 ini yah, soalnya penyakit hamba udah kambu nih. Biasalah otak hamba udah mau error gitu karena kebanyakan mikir. Maaf ya kalau pendek and meleset dari janji hamba pada chap sebelumnya. Nanti hamba perbaiki deh. Oh ya, jangan lupa baca cerita terbaru hamba ya, yang judulnya Semangat merdeka. Itu merupakan cerita pertama hamba yang bergenre war & action. Jadi kalau masih agak kacau atau ngaco mohon kemaklumannya ya..

See you in the next chap…. JJJJ

No comments:

Post a Comment